A untuk Ei






Kadang aku pikir dunia ini kejam. Dunia membuat hidup ku seolah-olah sukar dan tak bahagia. Kadang aku pikir mereka juga menertawakan ku, mereka yang tinggal di dunia tentunya. Entah dunia dimana aku tinggal atau 'dunia lain' bukan tempat dimana aku tinggal, tapi yang aku pikir, mereka senang ketika tahu aku dalam keadaan 'tersulit'.

Ketika kita bertemu dengan seseorang dan kita merasakan sesuatu yang 'lebih' dari biasanya, suatu perasaan yang sulit untuk dijelaskan, sesuatu yang membuat kita ingin selalu melihatnya, sesuatu yang membuat kita ingin selalu dekat dengannya, bahkan kita kadang malu dengan 'sesuatu' yang sebenarnya 'sesuatu' itu tidak tahu dan tidak mengenal siapa kita. Pernahkah Anda merasakannya? Apa yang Anda lakukan?

Seringkali saat dalam perjalanan menuju suatu tempat atau pulang dari suatu tempat, pikiranku melayang-layang kemana-mana. Banya ide, bayangan, bahkan pikiran-pikiran yang negatif terlintas dalam benak ini. Kadang hanya untuk mengisi kejenuhan karena macet jalanan, kadang memang benar-benar pikiran itu terlintas begitu saja. Tapi semuanya 'blurrr' hilang begitu saja ketika aku sampai di suatu tempat atau rumah.

Sama halnya saat aku berusaha untuk memasuki dunia baru dan melupakan dunia yang lama, berat sih nggak mudah memang. bahkan sangat nggak mungkin untuk aku melalui semua ini. Tapi bagaimana lagi? Semuanya harus aku jalani. Dulu aku pikir aku terkekang dengan suatu hal sehingga aku tidak lagi bisa bebas. Bebas berekspresi, bebas berkarya, bebas bercerita, dan bebas lainnya. Tapi ketika aku sudah mendapatkan tiket kebebasan itu.. 'blurrrr' lagi. Semua bagai tulisan diatas pasir yang terhapus karena terkena air pantai. 

A untuk Ei StefaniKistina


Tulisan kali ini aku buat dengan judul A untuk Ei. Dan memang aku tujukan pada A untuk Ei yang sangat tidak mungkin membaca tulisan ini. Entah ia ada dalam dunia khayal ku atau dia ada dalam dunia nyataku. Hadirnya membuatku sadar bahwa aku masih ' stay ' disini. Membuatku sadar bahwa diluar sana dunia memang kejam namun lebih banyak orang diluar sana yang merasakan kekejaman dunia lebih dari pada yang aku rasa.

A untuk Ei. Ketika dunia tak lagi bersahabat dengan kita, setidaknya janganlah membenci dunia ini. Karena seringkali bukan dunia yang salah, tapi kita yang kurang memahami bagaimana 'cara' bertahan hidup di dunia ini. Manusia itu makhluk yang berakal, sudah sepantasnya kita menjadi makhluk yang bersyukur dan tidak hentinya untuk belajar. Baik belajar mengerti akan dunia ini atau lebih dari pada semua itu, belajar untuk bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan untuk kita.

Kadang kita tahu dan bahkan sadar bahwa semua ini adalah rencana Tuhan yang indah. Tapi sayangnya seringkali kita menolak untuk 'sadar' bahwa semua ini adalah bagian dari rencana-Nya sehingga kita menolak untuk menerima apa yang telah Tuhan berikan untuk kita.

Kembali pada A untuk Ei. Meski waktu bertemu tak lah lama, meski dunia tak mengizinkan semua terjadi sesuaia apa yang aku inginkan. Meski ku tahu tak mungkin ada tegur sapa bahkan ramah tamah, tapi setidaknya terima kasih ku ucapkan untuk mu, karna setidaknya.. Aku tahu bahwa aku masih ada disini dan aku masih memili perasaan itu. Perasaan bahwa Tuhan masih menyayangiku dengan mempertemukan ku pada orang-orang yang baru dan baik.

Semoga hari-hari Anda dapat lebih bermanfaat dan hidup Anda jauh lebih bahagia sebagaimana diri ku saat ini yang 'cukup' senang dengan A untuk Ei.




Mey to A untuk Ei..

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "A untuk Ei"

Post a Comment

Harap Komentar Dengan Sopan dan Tidak Mengandung SARA atau SPAM
Untuk pasang Iklan contact stefanikristina@gmail.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel