Mengenang Menjelang Senja


Pulang bersama awan yang mendung menemani ku dalam perjalanan ku pulang . Di naungan awan aku membawa dan mengontrol segala yang ada pada diri ku di temani oleh angin pula hingga akhirnya aku sampai pada tempat kenangan yang selalu menjadi tempat ku dan dia bersama . Tempat kenangan yang hanya dapat di kenang . Tempat yang awalnya tidak sengaja kita temukan dan akhirnya menjadi tempat khusus kita untuk menikmati indahnya alam . Alam yang akhirnya menyatukan kita dahulu dalam kedekatan yang seharus tidak sewajarnya namun terjadi juga

Akhirnya aku memijak kan kembali kaki ku pada tanah ini. Tanah yang belum ada satu bulan yang lalu aku kesini bersama kamu. Berjanji bertemu bersama dan menghabiskan sore hari hingga sang mentari turun setelah menunaikan tugasnya. Masih ku ingat saat terakhir kali aku menginjakkan kaki ini ditemani kamu yang akhirnya kini tak pernah lagi ada untuk mengisi serta menghiasi setiap lembar nyata maupun digital ku. Sebelum aku menapakkan kaki ku kembali, kita sempat berpapasan saat di gerbang pintu masuk utama. Namun kamu yang mengetahui aku hanya dapat diam tanpa arti . Begitu pula sebaliknya aku.

Ternyata suasana yang ada masih sama. Angin yang tadinya menggiring aku untuk berhenti sejenak menikmati indahnya alam dan bersantai untuk sesaat itu membuat aku kagum dan seperti biasa, ia tak lupa untuk memberikan hawa sejuk yang akhirnya sedikit membuat rasa lelah dan gerah ku yang sejak semula tersimpan menjadi berkurang. Meski pun suasana yang ada masih tetap sama , namun tanpa kehadiran mu semua terasa lain . Aku yang biasanya pergi kesini ditemani bersama kamu yang akan memberikan banyak topik pembicaraan yang beruntun, kini hanya angin lah yang berbicara pada ku dalam keheningngan .

Sebuah tanaman kecil yang berayun-ayun dengan cantiknya karena ditiup angin membuat aku merasa tersindir namun tak sampai tersinggung. Sepertinya dia hendak mengatakan bahwa semua ini salah dari  ku hingga akhirnya kini aku hanya bisa menikmati indahnya suasana alam yang ada sendirian tanpa seorang teman yang biasanya setia menemani ku entah kemana ingin aku pergi. Teman yang dahulu pertama kalinya aku menonton acara ketoprak bersama , Teman yang dahulu memberikan aku pemikiran baru. Teman yang akhirnya juga memberikan aku sebuah pelajaran baru akan liku-liku hidup ini. Teman yang juga membuat aku akhirnya terlepas dari rasa menyesal yang meski hingga kini rasa itu masih ada namun tak sebanyak dahulu. Teman yang juga menjadi salah satu orang yang menghapus air mata ku saat menangis setelah bunda ku. Teman yang juga memberi kan pelukan saat aku mebutuh kan sebuah pegangan untuk aku bangkit dan akhirnya menjalani segala yang ada di dunia ku ini , dunia ini.

Alam terus saja membisik kan kata-kata yang membuat aku marasa damai dan tenteram. Perasaan yang ada kini hanya sebuah perasaan yang datar . Entah apa arti dari semua yang aku rasakan. Aku hanya mengerti bahwa semua ini percuma dan sia-sia. Aku tahu dan aku paham bahwa aku akan terus berkelana hingga aku lelah dan menemukan titik akhirku. Namun apa yang ada kini membuat aku merasa ingin berjalan mundur dan tak ingin melangkah. Aku takut melukai , aku takut di lukai. Aku takut untuk memulai , namun aku juga takut jika orang lain mengajak aku untuk memulai bersama. TAKUT . RAGU.

Seandai nya kamu melihat dan membaca serta mengetahui semua ini, masih ingat kah kamu empang yang pada saat pertemuan kita yang kedua mengunjungi tempat ini menjadi tempat duduk kita dan menikmati indahnya sang senja lalu menikmati indahnya pelangi yang ada hingga akhirnya kita melihat dua burung merpati yang saling terbang bersama di atas langit sana? Mungkinkah kamu masih mengingat semua itu? Jika kamu meminta ku untuk jujur, aku rindu akan semua hal itu. Bersama mu aku menghabiskan waktu sore ku hingga saat aku sampai dirumah, orang tua ku sibuk menanyakan dari mana saja aku sampai akhirnya aku pulang larut. Namun toh aku tetap mengulangi semua itu bersama kamu. 

Tahu kah kamu mengapa aku tak ingin turun terlebih dahulu kebawah sebelum kamu dahulu yang turun? Smeua itu aku lakukan karena aku takut. Aku takut untuk memulai turun dan menginjakkan kaki ku disana lalu duduk di empang itu. Aku takut dan takut. Aku menunggu kamu yang memulai lalu kamu yang menarik ku dengan tangan kokoh mu itu. Aku merasa nyaman dan safe saat berada didekat mu,disisimu.


Kita telah memilih jalan kita masing-masing . Meski keputusan awal kamu tak menentukan semua itu, namun toh akhirnya kamu menentukkan juga dengan menyetujuinya pergi dari kehidupan ku. Aku cukup tahu dan tidak meminta mu untuk kembali bersama aku seperti hal nya dahulu aku meminta untuk beruangku kembali bersama aku. Aku bukan lah seseorang air yang seperti dahulu. Aku mula menyadari arti dari sebuah kata-kata yang selama ini mengisi setiap bio akun sosial media ku . Karena aku mulai tahu,akhirnya aku mulai memahaminya, karena aku telah paham , kini aku mulai berhati-hati dalam melangkah. Jalan mu adalah jalan mu. Jalan ku adalah jalan ku. Hidup mu adalah hidup mu dan hidup ku adalah hidup ku. Kita memang sama , namun kita berbeda . Kita memang berbeda namun kita memiliki sebuah kesamaan . Tidak ada yang sempurna didunia ini, namun kita juga tidak perlu mencari sebuah kesempurnaan dalam dunia ini. Cukup sebuah hal yang sederhana saja yang nantinya akan membuahkan sebuah hasil yang tak akan pernah kita duga atau bayangkan sebelumnya.


" Don't Believe at The Fisrt Sight ! "


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Mengenang Menjelang Senja "

Post a Comment

Harap Komentar Dengan Sopan dan Tidak Mengandung SARA atau SPAM
Untuk pasang Iklan contact stefanikristina@gmail.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel