Curhatan Ibu Tunggal di Pulo Gorontalo 2000
Pulo Cinta, Gorontalo 2000. 6 tahun yang lalu aku memutuskan untuk tinggal
disuatu pulau, tanpa aku tahu bagaimana kondisi lingkungan disini dan bagaimana
kebudayaan dari penduduk sekitar, yang aku fikirkan di waktu itu hanyalah
bagaimana caranya aku bisa pergi dari rumah, jauh dari orang tua dan dapat
membesarkan anak ku seorang diri.
sumber: Google |
Beberapa
orang menyebutku ibu tunggal. Awal kepindahan kami (aku dan anakku) cukup susah
untuk menyesuaikan diri dengan sekitar. Aku tak tahu bahasa mereka, tak paham
dengan apa yang mereka katakan, dan lebih susah lagi karena aku membawa bayi
yang hanya bisa menangis. Kepada siapa
aku bisa berkomunikasi disaat seperti ini?
Dengan
sisa uang yang kumiliki, aku mencoba bertahan hidup di pulau ini sembari
menggantungkan diri dari gaji bulanan J. Aku tak
tahu harus bekerja apa, yang aku punya hanyalah selembar ijasah SMA dan
tenaga, serta seorang buah hatiku.
Mulai
tahun 2000 itu, aku pergi dari Pulau Jawa ke Pulau Gorontalo, menetap dengan berkeja
di resort, memiliki seorang putra,
dan berusaha beradaptasi dengan penduduk sekitar di Pulo Cinta, Gorontalo
<3.
6 tahun kemudian..
Vano
sudah mulai besar, ia tumbuh menjadi seorang anak laki laki yang lincah dan
riang. Awalnya memang tidak mudah untuk menyesuaikan diri dilingkungan yang
asing, tapi lambat laun semua berjalan lancer seperti biasa saja. Orang disini
cukup ramah-ramah, mungkin karena aku tinggal di sekitar orang yang hospitality makanya mereka cukup baik
dan ramah.
Disisi
lain sebagai seorang ibu tunggal tanpa status perkawinan yang jelas (aku tidak
menikah) tentu ada saja orang orang yang menggunjing di belakang, namun aku
tahu mereka pasti sayang. Sudah wajah hal hal seperti itu aku dengar jadi, nggak masalah. Aku hanya berharap anak
ku kelak tak akan mendengarkan hal hal semacam ini. Aku berusaha untuk membuat
ia bahagia, aku membesarkannya dengan penuh kasih sayang, aku tidak pernah
membentak karna aku sadar, aku menyayanginya dan aku ingin ia tumbuh dengan jiwa
yang lembut penuh kasih dan sayang.
Kalau
aku flashback, aku tahu semuanya
nggak mudah. Suatu waktu aku pernah merasa ingin menyerah, biaya hidup disini
cukup banyak, para tamu juga tidak semua baik, beberapa rekan ada yang sengaja
berkata kasar. Hatiku terluka, aku tak punya teman untuk bercerita, namun aku
bersyukur, dimalam itu ketika aku merasa ingin menyerah dan putus asa, Vano
yang saat itu masih berusia 3 tahun menggapai-gapai aku ingin dipeluk dan
berkata,
“
ama, mama, mama, ama , mamam “
Hatiku
teriris sakit sekali, betapa bodohnya aku berfikiran sempit ingin menyerah. Ku
gapai Vano dalam pelukanku, dan aku menangis, tiba-tiba ia pun menangis, seakan
akan ia pun merasakan apa yang aku rasakan. Ahh Vano.. jagoan kecil yang lucu
dan menggemaskan bikin aku, mamanya ingin terus memeluknya.
Saat
ini Vano sudah TK, sebentar lagi ia masuk SD tapi entah apakah bisa masuk SD
atau tidak, ia kurang lancar membaca. Dahulu saat usia para batita sudah bisa
berbicara ia pun belum bisa. Beberapa ada yang mengatakan bahwa anak dengan
orang tua tunggal memang agak lama perkembangannya (dalam berbicara) karena ia
hanya mendapatkan satu perespon atau entah apa itu, intinya karena hanya satu
orang yang sering berbicara padanya. Mungkinkah hal ini berpengaruh pada
perkembangannya membaca dan menulis? Aku khawatir ia harus mengulang di TK demi
lancar membaca, mudah-mudahan sekolah nantinya tak seketat itu dalam penerimaan
murid SD tahun ajaran baru. Aku nggak sabar melihat Vano memasuki gerbang
sekolah SD, kemudian, SMP, dan SMA.
Hmm SMA? Rasanya SMA masih lama, dan mungkin ketika ia masuk SMA nanti, ia enggan diantar ibunya sampai di gerbang sekolah hehe, entahlah.. saat ini Vano masih menjadi yang paling menggemaskan. Aku sayang diaa.. sayang sekali, dan mungkin sama seperti nama pulau ini, Pulo Cinta.. Pulo ini juga cinta pada kami. <3
Hmm SMA? Rasanya SMA masih lama, dan mungkin ketika ia masuk SMA nanti, ia enggan diantar ibunya sampai di gerbang sekolah hehe, entahlah.. saat ini Vano masih menjadi yang paling menggemaskan. Aku sayang diaa.. sayang sekali, dan mungkin sama seperti nama pulau ini, Pulo Cinta.. Pulo ini juga cinta pada kami. <3
NB: cerita di blog ini hanya karangan saja, tidak ada cerita yang sungguhan ;) maaf penulis lagi belajar nulis. Masukan yang ada akan diterima dengan senang hati.
0 Response to "Curhatan Ibu Tunggal di Pulo Gorontalo 2000"
Post a Comment
Harap Komentar Dengan Sopan dan Tidak Mengandung SARA atau SPAM
Untuk pasang Iklan contact stefanikristina@gmail.com