Seorang Sahabat
UJIAN PRAKTIK BAHASA INDONESIA
Nama : Muhammad Azizirrohman
No Absen : 20
Kelas : 12 MM 2
Tema : Aku Bangga Menjadi Siswa SMKN 10 Surabaya
Judul : Seorang Sahabat...
Seorang Sahabat
ig azizir |
Suatu hari di salah satu sekolah
yang terkenal sekaligus sekolah yang-sedikit-menjorok-ke-pinggiran di Surabaya,
SMKN 10. Azizir dan teman-teman sedang asyik menikmati pelajaran yang sangat
menyenangkan dan menarik. Mereka sangat menikmati apa yang diajarkan oleh
gurunya dan begitu bersemangat dalam memahami setiap pelajaran di kelas. Guru
yang hadir pada pagi itu adalah guru yang sangat baik, sabar, santai, dan
humoris jadi wajar sekali jika para murid senang apalagi guru ini sangat
cantik. Hehe. Sudahlah kebiasaan anak Multimedia. Ya mereka adalah siswa dari
jurusan Multimedia.
Guru yang kebetulan sedang mengajar
ini adalah seorang wanita kelahiran desa yang mengabdi di Surabaya tepatnya di
SMKN 10 sebagai guru yang populer disana. Karena kemampuannya dalam mengajar,
dalam mendidik, membimbing dan merawat siswanya membuat guru ini terkenal dengan
ciri khas yang dimilikinya sendiri. Guru itu sangat peduli pada siswa, sangat
perhatiaan dengan cara mengajarnya dan beliau juga guru yang memiliki talenta
yang hebat.
Mereka sangat menyukainya, sampai akhirnya
mereka merasa bila waktu berlalu dengan cepat. Guru itu mengakhiri pelajaran
pada jam itu dengan salam dan senyuman serta perkataan yg sangat berbekas, “Anak-anak
belajarlah dengan tekun, agar kamu dapat meraih kesuksesan”. Itulah yang
dikatakan beliau, mengejutkan juga. Bagaimana mereka tidak terdiam ketika
mendengarnya, lalu dengan segera mereka membalas salam dari guru tersebut.
Masih belum habis mereka mencari makna kata yang dikatakan oleh guru tersebut.
Mereka terus merenung dan mengingat kembali apa yang dikatakan beliau. Akhirnya
mereka berkomitmen didalam hati untuk selalu tekun dalam melakukan hal apapun,
mereka juga teringat ketika guru itu berkata, “Tidak akan ada pelangi jika tak
ada hujan”. Mereka akan mencoba dan membiasakannya, lama-lama mereka akan
menikmati hal tersebut itulah yang dinamakan ketekunan. Sungguh luar biasa
memang, yang dikatakan guru mereka sangat membekas sekali dipikiran mereka dan
menjadi semangat pendorong yang membuat mereka mempunyai kemauan yang tinggi.
Waktu berlalu, hari yang mereka
nanti telah kembali, dihari itu guru idaman mereka hadir dengan wajah yang
berseri-seri menunjukan beliau telah siap dan semangat untuk mengajar lagi.
Para siswa sangatlah menikmati apa yang disajikan oleh guru tersebut, mereka sangat
bersemangat untuk belajar dengan guru itu. Banyak hal yang telah diajarkan pada
mereka, seperti pelajaran yang tingkatnya lebih tinggi daripada kemarin. Beliau
juga sudah menambahkan sesuatu yang sangat mengejutkan yang membuat mereka yang
merasakanya jadi ikut tersihir ketika beliau sedang mengajar. Sampai-sampai
Jarum jam mulai berkata bahwa jam pelajaran telah tuntas ditandakan dengan
menderingnya alarm sekolahan. Sungguh kami melihat hal yang menakjubkan,
terkesima bila merasakanya.
Alfian anak kelas 12 Multimedia 2
adalah siswa yang paling nakal dan sulit untuk diatur. Biasanya dia malas dan
tidak pernah hadir dikelas, dia juga lebih mirip seperti “preman”, tetapi saat
guru itu mengajar dia adalah anak yang paling awal datang, sungguh mengherankan
memang dilihat dari tingkah laku biasanya. Banyak yang menganggap aneh Alfian
dan bertanya dalam hati, “mengapa dia bisa
seperti itu?”, “apa yang membuat dia seperti ini?” inilah yang hal-hal yang
membuat mereka penasaran. Dan sepertinya hal itu tidak akan pernah diketahui
tanpa bertanya pada Alfian yang menjadi sorotan teman-teman kelasnya. Terdapat salah
satu teman Alfian, dia bernama Alex yang ingin bertanya kepadanya, “Hei Alfian,
kenapa saat pelajaran guru ini kamu selalu rajin masuk kelas?” tanya Alex.
Alfian melihat Alex dengan tatapan curiga. “Aku juga tidak tahu. Tapi ada 1 hal
yang membuatku tertarik mengikuti pelajaran di kelas ini” jawabnya. “Apakah itu?” tanya Alex lagi. “Pelajaran
hidup yang diberikan Bu Atik. Ya mungkin Bu Atik sangat ikhlas dan tulus dalam
mengajar. Beliau juga selalu sabar, mungkin itu yang menyebabkan kita semua
jadi nyaman ketika bertemu dengannya,” jawab Alfian enteng. Alex kemudian merenung
dan berpikir sepertinya gurunya sangat mengagumkan sekali karena dia dapat
merubah teman sekelasnya yang awalnya buruk menjadi baik, dia ikut senang
dengan hal itu.
Dan ada pula guru yang menakutkan
dan tidak disukai oleh para siswa. Mereka menyebutnya guru “killer” yang
sungguh ditakuti. Mengapa bisa dipanggil begitu? Karena para siswa sependapat
bahwa guru itu adalah guru yang jahat yang suka marah, sinis, cuek, disiplin,
dan tidak pernah tanggung tanggung dalam memberi tugas. Maka dari itu, diantara
para guru yang baik ada pula yang jahat. Yang jahatlah yang selalu ditakuti dan
yang baik adalah yang paling disukai. Itu
adalah fakta. Banyak yang dipersulit oleh para guru itu yang tentunya akan
mempengaruhi kenaikan kelas bahkan kelulusan.
Saat kenaikan kelas sudah tiba. Tak
disangka ternyata mereka akan melalui banyak sekali rintangan untuk mendapatkan
apa yang kita inginkan. Yaitu naik ke kelas 12. Itu adalah merupakan harga mati
yang harus didapatkan. Karena akan sia-sia bila mereka tidak naik kelas. Mereka
akan mengulang kembali satu tahun dan tentunya juga mereka akan mendapatkan
rasa malu yang sangat membekas. Maka dari itu seluruh murid 12 MM 2 menyiapkan
hal-hal yang diperlukan untuk menghadapi itu. Seperti yang dilakukan oleh
Azizir. Dia melakukan kegiatan belajar setiap minggu. Dia juga mengikuti kursus
Bahasa Inggris yang diadakan oleh Pemerintah. Juga lebih meningkatkan ibadah
dan berdoa. Seperti sholat dhuha dan sunnah lainnya. Begitu pula dengan Alex,
Alfian yang telah berubah, juga teman-temannya yang lain. Mereka seakan tidak
pernah menyerah walaupun tugas dan latihan ujian mulai menumpuk.
Tidak terasa beberapa bulan lagi mereka akan
meninggalkan sekolah mereka. Senang sedih rasanya bercampur menjadi satu.
Begitu pula Azizir, dia yang selalu bersemangat ternyata juga terbesit
ketakutan di dalam hatinya. Ketakutan untuk dilupakan oleh sahabat-sahabatnya.
Pak
Nurkholis mengumumkan jadwal Try Out pada pagi hari itu, dengan bergegas Alex
selaku ketua kelas menyebarkannya ke seluruh siswa 12 MM 2. Pak Nurkholis
merupakan salah satu Wakil Kepala Sekolah di SMKN 10 Surabaya. Beliau adalah
guru bahasa inggris di kelas kami yang selalu menggunakan bahasa inggris ketika
mengajar. Jelas banyak yang tidak mengerti karena seperti yang kalian tahu,
mereka ini adalah siswa Multimedia. Lain halnya jika beliau mengajar jurusan Pariwisata.
Pagi
itu, Alfian berulah lagi. Sama seperti dulu, dia kembali menjadi ‘Preman Pasar’
lagi. Entah bagaimana awalnya mereka tidak dapat mengendalikan Alfian. Bahkan
dia sudah berani membawa rokok ke dalam kelas. Teman-teman mereka yang terlalu
sibuk memikirkan ujian yang tinggal sebentar lagi rasanya sudah tidak bisa
berbuat banyak.
“Alfian, apa yang kamu lakukan? Seharusnya kita
semua belajar yang rajin, bukannya malah seperti itu,” tegur Azizir kepadanya.
“Sudahlah Zir memangnya kamu ini siapa? Sok mengatur
hidupku” jawab Alfian asal-asalan. Azizir yang mendengar hal itu seketika
terdiam. Dia yang berusaha mengingatkan Alfian tapi justru di maki mati-matian
oleh Alfian.
Akhirnya dengan tangan hampa tak berhasil
menyadarkan Alfian, Azizir pun meninggalkan kelas dan pergi ke musholla untuk
sholat dhuha seperti biasanya.
Entah
apa yang terjadi dengan Pak Agus, tiba-tiba mengadakan razia besar-besaran pada
hari itu. Guru olahraga juga ikut mengamankan siswa kelas 12.
Azizir teringat jika Alfian membawa rokok saat itu.
Dia pun berusaha untuk mengingatkan Alfian, tapi ternyata semua hanya dianggap
angin lalui oleh Alfian.
Sampai ketika Pak Harijono memasuki kelas 12 MM 2,
seketika itu juga wajah Alfian mendadak menjadi pucat pasi seperti kucing yang
ketahuan mencuri pindang. Eh salah, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
Satu persatu tas dibuka oleh Pak Harijono, Pak Sigit
dan Pak Kutut. Mereka seperti momok yang menakutkan, seperti bodyguard yang
siap menonjok siapa saja yang bersalah. Padahal sebenarnya tampang mereka ini
biasa-biasa saja, tidak menunjukkan aura yang membuat takut sama sekali. Tapi
tetap saja, di mata Alfian mereka ini sudah seperti algojo yang siap
menyantapnya habis-habisan.
Sampai ketika Pak Harijono membuka tas milik Alfian,
dan menemukan 1 pak rokok didalamnya. Tubuh Alfian gemetar ditempatnya berdiri.
“Tas siapa ini?” tanya Pak Harijono dengan nada
tinggi. Nada yang sangat tinggi. Mungkin lebih pantas disebut dengan membentak.
Sentak saja siswa 12 MM 2 menjadi takut .
“Tas saya, Pak” jawab Azizir dengan suara serak.
Pengakuan Azizir ini membuat Alfian tersentak dan seluruh siswa menatapnya.
Jelas saja Alfian sangat mengetahui siapa pemilik
rokok itu. dan mengapa Azizir dengan lantang mengakui jika itu adalah tasnya.
Alfian menjadi kikuk dan merasa bersalah karena sudah mencaci Azizir
sebelumnya.
“Azizir ke ruang kesiswaan sekarang juga” perintah
Pak Harijono sepertinya sudah tidak bisa lagi ditolerir. Dengan langkah gontai
Azizir menuju ruang kesiswaan untuk mempertanggung jawabkan hal yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
Pak Agus sudah ada disana, sambil sesekali
membetulkan kacamatanya. Azizir tidak goyah sama sekali, dia sudah bertekad
untuk bertanggung jawab walaupun itu sama sekali bukanlah kesalahannya. Azizir
yang biasanya terkenal baik, sopan, kini menjadi runtuh karena tindakannya itu.
Akibatnya Azizir harus berjemur seharian di tengah lapangan dan berjanji untuk
tidak mengulanginya lagi. Apa yang harus diulangi? Bukankah memang benar itu
sama sekali bukan kesalahannya.
Sementara
itu, Alfian dengan gusar mondar mandir di depan kelas, sesekali dia menengok ke
arah Azizir yang sedang dijemur di lapangan. Alfian merasa sangat bersalah.
Seandainya saja dia mendengarkan Azizir, seandainya
saja dia tidak mencaci maki Azizir, seandainya saja dia tidak membawa rokok ke
sekolah hari itu. Sungguh penyesalan yang selalu datang di akhir.
Azizir terus berdiri di lapangan hingga jam
pelajaran berakhir. Untuk kali ini dia hanya dihukum berjemur di lapangan, tapi
kesiswaan tidak akan menoleransi yang kedua kalinya. Dengan sekuat tenaga
meyakinkan Pak Agus akhirnya Azizir hanya dihukum untuk berjemur di lapangan
sampai pelajaran usai.
Ketika
Alfian mencari Azizir di lapangan, sudah tidak ditemukan lagi batang hidung
Azizir dimana. Saat itu Alfian merasa benar-benar bersalah dengannya. Setelah
cukup lama mencari, dia pun menyerah dan memutuskan untuk segera pulang.
Hari berikutnya ketika Azizir memasuki kelas, dia
kembali dihujat oleh teman-temannya.
“Bisanya cuman omong doang, ternyata kelakuannya
sama aja kayak yang lain. Sok banget sih jadi anak.” Ucap salah satu temannya
ketus. Azizir hanya diam dan tetap diam tidak bersuara. Dia segera duduk di
tempat duduknya.
Alfian memperhatikannya dari jauh, saat ini rasa
bersalahnya benar-benar sudah di ujung tanduk.
Karena dia, Azizir menjadi bahan pembicaraan semua
orang di sekolahnya. Azizir juga dibilang sebagai anak
yang-hanya-bisa-bicara-tanpa-bukti.
“Jelas kalian tau itu bukanlah tas Azizir,” Kata
Alfian tiba-tiba membuat teman sekelasnya terperangah. “kalian jelas tahu itu
adalah tasku, kalian juga pasti tahu rokok itu adalah milikku,” lanjutnya.
Sambil sesekali memandang garang ke teman-temannya. “lalu mengapa kalian masih
saja menyalahkan Azizir? Dimana kepedulian kalian saat mengetahui akan ada
razia dikelas ini? Biar aku perjelas, hanya Azizir yang memberitahuku. Lalu
teman macam apa kalian ini?” sontak saja perkataan Alfian ini membuat mereka
menunduk.
Alex yang mengetahui ini langsung berdiri dan ikut
membela Azizir. Sebagai ketua kelas yang bijak sudah sepantasnya Alex
membenarkan yang benar dan mengingatkan yang salah.
“Lalu apa sekarang kamu sudah merasa bersalah atas
apa yang telah kamu lakukan Al?” bahkan suara Alex terdengar sangat bijak saat
itu.
“Seandainya kalian tahu betapa menyesalnya aku.
Azizir, aku merasa tidak pantas lagi untuk hanya meminta maaf denganmu. Maafkan
aku, walaupun aku tahu itu tidak akan pernah cukup.” Ucap Alfian kepada Azizir.
Sedang yang diucapi hanya tersenyum menanggapinya.
“Bukankah itu yang seharusnya dilakukan oleh seorang
sahabat?” jawab Azizir enteng.
Alex pun menepuk pundak mereka berdua dengan pelan
tanda mengerti.
Ujian
Nasional tiba lebih cepat dari yang mereka kira. Walau begitu siswa 12 MM 2
merasa sudah sangat siap menghadapi Ujian yang hanya berlangsung beberapa hari
itu. Mengingat kata-kata motivasi yang sudah diberikan
oleh Bu Atik, juga amanat yang sudah diberikan oleh Bu Anisah saat upacara
sebelum Ujian Nasional dilaksanakan. Bu Anisah memberikan banyak amanat untuk mereka.
Salah satunya adalah agar mereka tetap yakin pada diri mereka sendiri dan tidak
mudah terpengaruh dengan hal-hal yang terjadi diluar sana. Bu Anisah juga
berkata jika mereka harus tetap menjadi diri sendiri untuk meninggatkan
kepercayaan diri mereka sendiri.
Akhirnya
semua telah berlalu, Ujian Nasional yang mereka anggap susah sudah terlaksana
dengan baik. Alfian juga sudah mulai mau beribadah dengan baik. Siswa 12 MM 2 pun sudah tidak lagi mencibir Azizir.
Memang benar kata Bu Atik, ‘Tidak akan pernah ada pelangi jika tak ada hujan’.
Hal itulah yang kini dirasakan oleh Azizir. Sejak awal Azizir memang sudah memiliki keyakinan
yang tinggi dia akan memiliki banyak teman. Memang seperti itulah dia. Dia juga
tidak pernah sekalipun menyerah untuk mendapatkan banyak teman. Walau susah
sekalipun, dia tidak pernah mengeluh dan tetap membela teman-temannya.
“Zir, makasih untuk semuanya. Aku bangga bisa
menjadi temanmu. Aku bangga bersekolah disini,” ucap Alfian tiba-tiba ketika
mereka sedang berada di Gazebo yang ada di depan Perpustakaan Sekolah.
“Iya aku juga bangga bisa menikmati keindahan
sekolah ini,” sahut Alex sambil menepuk pundak Alfian.
Sedang Azizir hanya tersenyum menanggapi kedua
sahabatnya itu. Satu hal yang dia tahu, jika sebenarnya dia juga sangat bangga
bersekolah di sekolah itu. Di SMKN 10 Surabaya. di tempat dimana dia menemukan
sahabat-sahabat sejatinya.
Ketiga sahabat itu akhirnya tertawa gembira sambil
sesekali melihat hasil UNAS-nya yang sempurna. Sesempurna persahabatan mereka.
Begitu hebatnya
persahabatan mereka, begitu bangganya mereka berada di sekolah itu. Begitu
sederhananya keyakinan mereka. Membuat mereka berhasil dengan pencapaian yang
berguna.
0 Response to "Seorang Sahabat"
Post a Comment
Harap Komentar Dengan Sopan dan Tidak Mengandung SARA atau SPAM
Untuk pasang Iklan contact stefanikristina@gmail.com