Dear Kamu
Lebih
dari satu tahun aku mencoba untuk menutup diri- lebih tepatnya menutup hati.
Beberapa orang datang, mulai dari yang aku kenal hingga tak aku kenal. Tapi tak
satupun ada orang yang mampu membuatku nyaman kemudian tak berpaling hingga
lama. Bahkan lama sekali dan selalu ingin menemuinya untuk hal hal yang kadang
remeh bagi orang lain.
Aku
menemukan kamu, seorang laki-laki yang awalnya ingin sekali ku hindari. Matamu
menatap orang lain dengan tatapan jenaka yang nakal namun tak menggoda. Matamu
membuatku takut suatu saat akan menjadi bahanmu dalam sebuah canda, ahh rupanya
aku telah jatuh meski bukan hanya dari matamu saja.
Kamu
memang tidak menggodaku dengan mata. Kamu pun tak menggodaku secara langsung,
kamu hanya sesekali berusaha mengajak ku bicara seperti bicara pada orang-orang
lain yang ada diruangan itu. Sikapmu netral meski aku tak tahu bagaimana kamu
sebenarnya waktu itu dan apa yang kamu pikirkan. Namun jelas, saat pertama aku
mengenalmu aku tak ingin dekat denganmu sama sekali meski aku tahu orang
sepertimu pasti menyimpan luka yang amat sangat sakit namun tak kau tunjukkan.
Kamu memanipulasi apa yang ada dalam dirimu agar orang lain dapat terhibur,
namun siapakah yang akan menghiburmu disaat kamu ada masalah? Itu yang aku pikirkan tentangmu dari pertama
aku menilaimu.
Entah
dorongan dari mana hingga akhirnya aku merasa nyaman bisa bicara denganmu.
Bahkan kamu mampu membawaku keluar dari zona tak nyamanku. Jelas aku tak
nyaman, saat itu banyak sekali manusia-manusia yang tak ingin aku akrabi sama
sekali. Manusia-manusia yang sama seperti manusia lain. Aku tak lagi bisa
menjadi diriku sendiri (mungkin) saat bersama mereka. Intinya, kamu berhasil
menarikku dan akhirnya kita keluar bersama untuk pertama kalinya, padahal jelas ada orang yang lebih dahulu
mengajakku untuk keluar dari zona tak nyamanku untuk membuatku lebih nyaman
lagi tapi aku nggak mau. Apakah kamu mengetahui hal itu?
Dari
pertemuan pertama hingga kemudian aku mulai merasa candu. Candu kamu ajak untuk
pergi bersamamu. Sayangnya aku mulai takut, takut aku terjerumus terlalu dalam
di suatu hubungan yang aku pun tak tahu dimana ujungnya. Aku takut kalau kalau
kamu sama seperti temanmu namun kamu memiliki trik yang berbeda. Jelas aku
takut. Aku pun mulai bertanya tentang hal yang sedikit sensitive padamu, dan
aku bersyukur kamu mengakuinya. Disitu aku mulai menjaga jarak. Sekali lagi jelas aku harus tahu dimana aku berada.
Kamu
telah menjadi milik orang lain, entah ada sedikit perasaan yang menyusup
seperti perasaan tak enak yang ku rasa namun berusaha untuk aku abaikan. Aku
tak ingin merasakan perasaan yang nggak enak itu. Aku hanya ingin focus pada
apa yang ada didepanku saat itu. Saat itu kita sedang mengikuti sebuah hal yang
mana kita mengejar hal yang sama, yaitu demi selembar kertas pembuktian
(formalitas suatu pekerjaan). Entah apakah kamu memiliki perasaan yang sama
denganku atau tidak yang pasti kita berkenalan belum terlalu lama bahkan
terlalu dini untuk membicarakan tentang perasaan. Kita hanya temenan dan aku
tahu bahkan harus tahu dimana
posisiku berada.
Semakin
lama hubungan kita tak hanya melalui sebuah pesan teks saja, berlanjut pada
hubungan komunikasi bahkan lebih dari 4 jam lamanya melalui telefon genggam.
Sungguh aku merasa telah gila berbicara denganmu. Entah bagaimana denganmu?
Apakah mungkin kamu merasakan hal yang sama? Kini aku jadi berfikir, apa saja
yang waktu itu kita bicarakan hingga selama itu? Mungkinkah hal hal yang remeh
dan tak berarti? Pembicaraan receh yang kamu buat buat agar dapat berbincang
lama denganku? Ahh rasanya tidak.
Kita
pun mulai aktif bertemu diluar jam yang semestinya. Aku merasa bahagia meski
aku tahu perasaan ini harus kubunuh secepatnya. Aku tak ingin jatuh kemudian
terluka, jadi aku harus menata hatiku sedemikian rupa agar aku tak kembali pada
lobang yang sama. Aku tahu kamu milik orang lain dan aku tahu aku tak baik
untukmu. Aku mungkin bukan orang yang tepat untukmu.
Sayangnya
menolak ajakanmu begitu susah untuk ku lakukan, meski perasaan ini tak begitu
bergelora seperti apa yang aku rasakan pada mantan matanku sebelumnya. Dahulu
aku terlalu bersemangat diawal kemudian aku mulai jenuh di pertengahan dan ingin
segera mengakiri ketika sampai akhir hubungan yang tak mungkin lagi untuk di
pertahankan, namun.. kenapa denganmu begitu lain? Apa yang membuatmu lain dari
pada yang lain?
Malam
ini aku mencoba untuk mengingat setiap hal yang kita lakukan. Semakin lama aku
semakin merasa hubungan kita telah terlalu jauh. Berawal kamu yang tak ragu
untuk mengajakku bergandengan tangan. Kamu memang selalu yang pertama
mengulurkan tangan untukku, kamu membantuku dalam setiap hal mulai dari hanya
memberikan petuah hingga kemudian kamu menggandengku melewati jalan yang dari
dulu enggan untuk aku lewati. Jalan yang sakit jadi tak begitu terasa sakitnya
ketika kamu mengajakku berjalan bersamamu. Kamu menuntunku melewati semua itu.
Dari
hanya berjalan dan memegang tangan kamu memikul beban tubuhku dengan tubuhmu
yang sok tegar dan kuat namun ku yakin kamu pasti rapuh. Untuk pertama kalinya
selain kepada ayahku aku mempercayakan diriku sepenuhnya padamu (mungkin tak
sepenuhnya karena pada awalnya aku erasa takut yang luar biasa). Sebelumnya
hanya ayahku yang melakukan hal itu. Bahkan pada seseorang yang dahulu pernah
berarti dalam hidupku selama beberapa tahun saja aku tak mempercayakanya sama
sekali, namun bersamamu aku bisa percaya. Apa sebenarnya yang membuatmu lain
dari pada yang lain?
Sehari
tak bertemu denganmu rasanya ada yang kurang padahal kita hanya bertemu
beberapa jam saja. Hal yang membuatku menjadi istimewa adalah setiap
perlakuanmu padaku mulai dari saat kamu sedang telfon denganku dan kemudian ada
yang menyapamu tak ragu kamu mengatakan “ tunggu “ pada orang lain dan kemudian
kamu melanjutkan pembicaraan denganku. Sesuatu yang belum pernah aku temui dari
orang lain, dan dari situ aku belajar untuk menjadi seperti mu namun aku tak
bisa.
Terkadang aku takut apa yang aku
rasakan ini hanya sementara saja, perlakuan mu padaku hanya sesaat saja untuk
merebut perhatian ku yang tak seberapa berarti untukmu. Aku tak tahu apa yang
ada dalam pikiran dan hatimu, aku hanya bisa berdoa yang terbaik untukmu, dan
aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita- aku dan kamu ditempat itu.
Malam
minggu selanjutnya aku lalui di kota orang, kamu menemani aku seperti
malam-malam biasanya. Kamu tetap baik padaku padahal aku kadang mengabaikan
setiap telfonmu bahkan nggak sedikit aku mematikan hubungan begitu saja. Kamu
memang ditakdirkan menjadi pribadi yang lain dari pada yang lain yang mana
membuatku semakin bertanya-tanya “ sampai kapan kamu akan seperti ini padaku?
“. Esok malam ketika aku kembali dari kota tempat aku menuntut ilmu aku melihatmu
yang menungguku dengan sabar, ketika aku menatap matamu disitu aku merasa
tersentuh. Bahkan untuk menunjukkan wajahku saja aku merasa tak mampu, bukan
karena aku belum berias diri dari perjalanan jauh, melainkan aku tersentuh
dengan sikapmu yang seperti itu di malam itu.
Malam
itu juga kita berciuman secara tak langsung untuk pertama kalinya (kalau bahasa
ftv/drama korea) Aku memesan es teh tawar dan es teh manis, tapi sang penjual
tak memberi tahu mana yang tawar dan mana yang manis. Ia hanya menaruh dua
gelas es teh itu dan kamu memintaku untuk mencoba keduanya mana yang menjadi
milikku atau milikmu. Tentu saja aku enggan untuk melakukannya, rupanya kamu
melakukan hal itu tanpa berkata panjang, dari situ lagi lagi aku tersentuh,
namun aku berusaha untuk cuek dan mengabaikan sikapmu, lagi lagi aku bertanya-
“ kiranya apa yang kamu pikirkan saat itu? “
Ada
sikapmu yang lucu dan membuatku geli, ketika kamu mengantarkan aku pulang untuk
pertama kali, kamu tak menurunkan aku didepan rumahku, padahal nggak menjadi
persoalan besar juga apabila kamu mengantarkan ku sampai depan rumah. Hihi. Aku
pun jadi panic sendiri seperti telah melakukan hal yang salah, ahh tidak tidak
ada yang salah, sayangnya aku belum sempat mengucapkan terima kasih secara
langsung padamu. Terima kasih J
Pertemuan
kita terus berlanjut hingga hari ini, Setiap hari ada saja waktu yang kita
habiskan untuk ngobrol bersama. Terkadang aku merasa kasihan melihatmu
menghadapi beberapa hal, namun semua itu memang harus kamu jalani karena itu
adalah bagian dari sebuah proses kehidupan. Aku yakin kamu pasti bisa melalui
semau itu dengan baik, semangat!
Suatu
malam aku melihatmu dalam keadaan tak karuan, sedih aku memandang wajahmu.
Sebisa mungkin aku ingin membuat wajahmu kembali cerah dan ceria tapi tak tahu
bagaimana caranya. Syukurlah kamu menyetujui permintaanku untuk pergi ke suatu
tempat meski hanya sebentar. Melihat kamu bisa tertawa rasanya aku senang.
Selama perjalanan itu kembali kamu meminta aku untuk memegang tanganmu, disaat
itu, dimalam itu.. Ingin rasanya aku memberikan mu back hug meski hanya sebentar dan aku ingin berkata “ kamu pasti
kuat, kamu pasti bisa, Tuhan besertamu”, namun tangan kanan ku terlalu kaku
untuk bergerak dan mulutku terkunci untuk bicara padamu. Aku takut nantinya aku
yang terjatuh, jatuh semakin dalam tanpa aku tahu apa yang kamu rasakan saat
bersamaku.
Beberapa
kata memang sudah kamu ungkapkan tapi aku belum bisa menerima sepenuhnya. Bukan
hanya karena kamu milih seseorang yang lain, tapi jelas memang kamu bukan hanya
dimiliki oleh satu orang saja, tapi kamu adalah pribadi yang dimiliki oleh
banyak orang. Aku takut membuatmu terluka terutama membuat diriku sendiri
menjadi terluka. Maaf.
Semakin
lama aku semakin tak tahu bagaimana kamu yang sebenarnya, dari situ kemudian
aku merasa aku mungkin telah terlalu jauh berhubungan denganmu, Semakin lama
aku semakin takut kalau kalau benar aku menjadi nyaman denganmu hingga aku
takut kehilangan dirimu. Apakah kamu merasakan hal yang sama?
Dimalam
dimana kamu sedih kemudian mengirimiku kata-kata layaknya pidato perpisahan
jujur aku menjadi semakin takut. Aku takut kamu pergi dan aku tak tahu harus
berbuat apa(?) rupanya aku sudah sedikit nyaman denganmu bahkan entah mungkin
atau tidak aku berusaha untuk menolak bahwa aku sudah terlalu nyaman denganmu.
Malam
ini entah apa yang terjadi dengan mu saat ini. Kalau kamu bertanya tentangku,
aku sedang menenangkan diri. Aku takut menjadi emosi karena ulahmu saat kita
bertemu tadi. Aku takut membuatmu terluka karena sikapku dan sekarang aku
berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik agar kelak hubungan kita pun
akan tetap terjaga menjadi baik baik saja.
Tapi
pergi lama darimu sepertinya aku tak sanggup, jelas kamu telah membuatku nyaman
meski aku tak mengklaim bahwa ini cinta atau sayang. Meski tangan ini ingin
juga membuatmu nyaman dengan sikapku tapi aku nggak berani untuk melakukan hal
itu. Aku berusaha sekeras mungkin untuk menampar bahkan mencubit diriku sendiri
untuk membuatku sadar bahwa kamu tak akan pernah menjadi milikku.
Namun
janganlah khawatir karena aku akan terus mendoakanmu dalam setiap doa-doaku
bahkan dalam doa makan ku pun ku sebut namamu. Amin.
Apabila
malam ini kamu cemburu dengan percakapan ku sebelumnya dengan seorang temanmu
yang lain di minggu minggu lalu, mudah-mudahan kamu tak berpendapat bahwa aku
membuka hati untuk orang itu. Apabila kamu meminta ku untuk menjelaskan maka
akan ku coba untuk jelaskan hingga kamu mengerti apa yang aku maksud. Namun
kamu berkilah untuk suatu hal yang sudah pernah ku ceritakan, sedikit kecewa
karena kamu melupakan apa yang pernah ku katakan meski hal itu tak besar, tapi
aku mencoba untuk mengalah. Mungkin kamu sedang banyak pikiran.
Malam
ini rasanya aku mulai galau, hingga banyak kata bisa aku ketik. Malam sebelumnya
aku mencoba untuk mengetik menggambarkan bagaimana sosok kamu yang telah hadir
dalam hidupku, menuangkannya dalam kata-kata tapi sulit untuk ku lakukan.
Mungkin malam ini memang waktunya, waktu dimana aku ungkapkan bagaimana dirimu
dalam sebuah tulisan yang aku rangkai dengan kata-kata tak seberapa ini.
Intinya
aku bahagia bisa mengenalmu dan masih banyak lagi yang tak mampu aku ungkapkan.
Tak mampu aku tuangkan dalam tulisan. Kini aku sedang menata hati. Agar aku tak
menjadi pribadi yang berbuat berlebih dimana diluar batas kewajaran yang ada,
karena bagaimana pun juga aku harus tahu dan mengerti dengan pasti, dimana
posisiku berada.
10:49
lagi lagi aku merasa terluka dengan sebuah kata yang kamu katakan. Sebisa
mungkin aku mencoba percaya dengan apa yang kamu katakan, tapi aku tak tahu
apakah mungkin kamu bisa ku percaya?
Dengan
sebuah lagu membuatku sedikit terluka.
Aku
tahu saat ini kamu sedang menghiburku karena takut membuatku terluka tapi
sungguh aku berterima kasih karena kamu membuatku semakin sadar agar aku tak
terlalu jatuh terlalu dalam denganmu.
Mungkin
tak seharusnya aku mencinta untuk saat ini.
22 September 2018 - Sebelum kutahu kamu serius denganku..
0 Response to "Dear Kamu"
Post a Comment
Harap Komentar Dengan Sopan dan Tidak Mengandung SARA atau SPAM
Untuk pasang Iklan contact stefanikristina@gmail.com